Tinggi Gunung : 2.084 Meter
Lokasi : Profinsi Jawa Barat 20 KM ke arah utara Bandung
Suhu : 17 Derajat saat Siang, 02 Derajat Saat Malam
Beribu-ribu
tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan
seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama
Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja.
Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi
merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai
berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi
menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi siapapun yang mau
mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah kata-kata sumpah itu
diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang dan
menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau,
sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.
Dayang
Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak
yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya.
Anak ini diberi nama Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring
se lalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia
ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya.
Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Pada
suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk
berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari
tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin
mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang
panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia menyerahkan
daging Tumang pada ibunya. dayanng Sumbi yang mengira daging itu adalah
daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.
Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapa akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya Sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar di keningnya.Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.
Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapa akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya Sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar di keningnya.Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.
Beberapa
tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat
cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu
adalah ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama
lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun menerima dengan senang
hati. Sehari sebelum hari pernikahan, saat sedang mengelus rambut
tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi
Sangkuriang, akhirnya dia menyadari bahwa dia hampir menikahi putranya
sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi berusaha menggagalkan
pernikahannya. Setelah berpikir keras dia akhirnya memutuskan untuk
mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh
Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat sebuah
bendungan yang bisa menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu
untuk menyusuri bendungan tersebut. Semua itu harus sudah selesai
sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang
mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang memberinya
suatu kekuatan aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia
dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan
lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air.
Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar
untuk membuat sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa
Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa
untuk merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar