Konferensi Asia-Afrika 1955 = Sebuah gerakan
anti kolonialisme
Kota Bandung dialiri dua sungai
utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai
Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah
selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat
rentan terhadap masalah banjir terutama pada musim hujan.
Kota
kembang
merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena
pada jaman dulu kota ini dinilai sangat cantik
dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs
van Java karena keindahannya. Selain itu kota
Bandung juga dikenal sebagai kota
belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota
Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun 2007, British
Council menjadikan kota Bandung
sebagai pilot project kota
terkreatif se-Asia Timur.[7] Saat
ini kota Bandung merupakan
salah satu kota
tujuan utama pariwisata dan pendidikan.
Kata "Bandung"
berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai
Citarum oleh lava
Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk
telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan
bahwa nama "Bandung" diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri
dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung
yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum
dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota
yang lama di Dayeuhkolot.
Berdasarkan filosofi Sunda, kata "Bandung" berasal
dari kalimat "Nga-Bandung-an Banda Indung", yang merupakan kalimat
sakral dan luhur karena mengandung nilai ajaran Sunda. Nga-"Bandung"-an
artinya menyaksikan atau bersaksi. "Banda" adalah segala sesuatu yang
berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun
benda mati. "Indung" adalah Bumi, disebut juga sebagai "Ibu
Pertiwi" tempat "Banda" berada. Dari Bumi-lah semua dilahirkan
ke alam hidup sebagai "Banda". Segala sesuatu yang berada di alam
hidup adalah "Banda Indung", yaitu Bumi, air, tanah, api, tumbuhan,
hewan, manusia dan segala isi perut bumi. Langit yang berada diluar atmosfir
adalah tempat yang menyaksikan, "Nu Nga-Bandung-an". Yang disebut
sebagai Wasa atau Sanghyang Wisesa, yang berkuasa di langit tanpa batas dan
seluruh alam semesta termasuk Bumi. Jadi kata Bandung mempunyai nilai filosofis sebagai
alam tempat segala makhluk hidup maupun benda mati yang lahir dan tinggal di
Ibu Pertiwi yang keberadaanya disaksikan oleh yang Maha Kuasa.
Kota Bandung secara geografis memang terlihat
dikelilingi oleh pegunungan, dan ini menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung
memang merupakan sebuah telaga atau danau. Legenda Sangkuriang
merupakan legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya danau Bandung, dan
bagaimana terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu, lalu bagaimana
pula keringnya danau Bandung sehingga meninggalkan cekungan seperti sekarang
ini. Air dari danau Bandung
menurut legenda tersebut kering karena mengalir melalui sebuah gua yang bernama
Sangkyang Tikoro.
Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah Situ
Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat berpariwisata,
tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk pemukiman.
Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan
pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda,
melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat
keputusan tanggal 25 September 1810 tentang
pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa
ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.
Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente
(kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906[11]
dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di
tahun 1949, sampai
terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.[12]
Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini di bakar oleh
para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu.
Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu
Halo-Halo Bandung.
Selain itu kota
ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah
lain.
Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung
Merdeka yang dahulu bernama "Concordia" (Jl. Asia Afrika,
sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama
kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali
KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada
19 April-24 April 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar